Will Hunting, adalah
seorang pemuda yang memiliki permasalahan terkait dengan masa lalunya. Dia
seorang yatim piatu yang dibesarkan oleh keluarga angkatnya. Hidup dengan
keluarga angkatnya dipenuhi dengan penyalahgunaan dan penelantaran. Karena
pengalaman ini, mempengaruhi cara Will berinteraksi dengan orang-orang. Sulit baginya untuk mempercayai
orang lain karena Will
tidak ingin mengambil risiko terluka lagi.Will bekerja sebagai petugas kebersihan
di MIT, Amerika Serikat. Secara
diam-diam, dia berhasil memecahkan sebuah soal tantangan Prof.Gerald yang
sebetulnya diberikan kepada muridnya.
Kampus menjadi heboh ketika tahu-tahu soal super sulit tersebut
berhasil dipecahkan. Namun tidak ada yang tahu siapa orang pintar itu. Hingga
akhirnya secara tak sengaja, Prof.Gerald, memergoki Will tengah menyelesaikan
soal lain di papan tulis koridor kampus. Will yang kepergok langsung memutuskan
berhenti bekerja. Karena masa lalu yang begitu buruk membuat Will menjadi mudah
terpacu emosi tetapi belum memasuki tahap brutal. Suatu hari dia pernah
memukuli gerombolan yang baru saja mengganggu seorang cewek, Will semakin kesal
setelah tahu bahwa gerombolan yang mengganggu cewek tersebut pernah mengganggu
dirinya waktu TK. Will harus berurusan dengan polisi karena ia telah mengeroyok
seorang polisi yang bertugas melerai pertarungan antara Will dengan gerombolan
tersebut, dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya serta harus mengikuti
sidang.
Prof. Gerrald masuk ke pengadilan Will dan campur tangan
atas namanya, menawarkan pilihan: baik akan bisa pergi ke penjara, atau dia
bisa dilepas ke pribadi Lambeau yang pengawasan, dimana dia harus belajar
matematika dan melihat seorang psikoterapis. Akan memilih yang terakhir
meskipun Will tampaknya percaya bahwa dia tidak perlu terapi. Kegagalan
untuk menindaklanjuti dengan tugas-tugas akan menyebabkan dia untuk melayani
waktu di penjara. Akan menghadiri sesi terapi tetapi mereka mengakhiri semua
dengan terapis menyerah karena kejenakaan. Kemudian, Profesor Gerrald memutuskan
untuk memanggil Sean McGuire, teman lamanya dari sekolah yang berasal dari
South Boston seperti Will, untuk mencoba dan membuat terobosan.
Sean dan Will akhirnya memulai sisi terapi mereka. Awalnya
Will gagal untuk membawa mereka serius. Tetapi dengan ketekunan dan ketulusan
Sean, memungkinkan Will untuk terbuka kepadanya. Dalam sesi kemudian Sean
menceritakan pengalamannya bagaimana ia bertemu dengan istrinya. Sean bercerita
tentang bagaimana ia menyerahkan tiket untuk melihat Red Sox di seri dunia 1975,
untuk bertemu dan menghabiskan waktu bersama orang asing di Bar, yang sekarang
menjadi istrinya. Akhirnya Will dan Sean menjadi lebih akrab dan Will bersedia
menceritakan pengalaman masa lalunya yang kelam.
Sementara itu Prof.Gerrald, mendorong apakah begitu sulit
untuk unggul yang pada akhirnya Will menolak untuk pergi wawancara kerja yang
telah disiapkan oleh Prof. Gerrald, untuk posisi yang lebi menantang bahkan
dengan bakat yang sangat besar. Bahkan, Prof. Gerrald dan Sean juga bertengkar
tentang masa depan Will, Will kebetulan menyaksikan argumen ini marah entah
bagaimana bertindak sebagai katalis untuk keputusannya untuk memasuki tingkat
yang lebih dalam kepercayaan dan berbagi dengan Sean. Dia rupanya
menyadari dari peristiwa ini bahwa situasi ini sedikit lebih kompleks dari Will
vs Dunia. Dia sekarang melihat bahwa mentor adalah setiap bit sebagai
manusia, bisa keliru, dan bertentangan dalam keadaannya.
Skylar (Cewek yang ditemui Will di Bar
Harvard), meminta Will untuk pindah ke California bersamanya, dimana dia harus
melanjutkan sekolah kedokteran di Stanford University School of
Medicine. Will memikirkan hal tersebut dengan panik. Dia menolak penelitian
matematika ia telah lakukan dengan Prof. Gerrald. Sean menunjukkan bahwa Will
begitu mahir mengantisipasi kegagalan dimasa depan dalam hubungan interpersonal
bahwa ia sengaja menyabotase mereka dalam rangka menghindari resiko rasa sakit
emosional. Ketika Will menolak untuk membeikn jawaban yang jujur tentang apa
yang ingin ia lakukan untuk hidupnya. Will kemudian memberitahu Chuckie bahwa
ia ingin menjadi buruh selama sisa hidupnya. Chuckie menjawab bahwa hal itu
akan jadi penghinaan epada teman-temannya untuk Will membuang – buang
potensinya, dan bahwa keinginannya adalah bahwa Will harus meninggalkan untuk
mengejar sesuatu yang lebih besar. Will terpaksa menerima salah satu tawaran
pekerjaan yang ditur oleh Prof. Gerrald.
Pada sesi lain terapi, Sean dan Will
berbagi bahwa mereka berdua korban penganiayaan anak, dan Sean membantu Will
untuk menerima bahwa kekerasan yang ia terima itu bukan salahnya. Setelah
membantu Will meyelesaikan masalah itu, Sean mendamaikan dengan Prof. Gerrald
dan memutuskan untuk mengambil cuti untuk perjalanan dunia. Ketika teman-teman
Will menyajikan dia dengan Nova Chevrolet dibangun kembali untuk ulang tahun
ke-21, ia memutuskan untuk menyampaikan penawaran yang menguntungkan
pekerjaanya dan pergi ke California untuk menyatukannya dengan Skylar.
Dari sinopsis film diatas saya dapat menyimpulkan
hubungan antara konselor (Sean) dengan klien (Will) dapat dilihat dari hubungan
Obyektifitas dan subyektifitas. Keseimbangan ini mengacu pada tingkat emosional dan hal-hal
yang mempengaruhi intelektual dan elemen emosional. Objektivitas mengacu pada
lebih kognitif, scientific dan generiknya suatu hubungan. Di mana klien
dianggap sebagai obyek belajar atau sebagai bagian dari penderitaan manusia
yang luas. Oleh karena itu, konselor akan memberikan pandangan kepada klien dan
nilai-nilai tanpa penilaian pribadi. Arti perilaku konselor untuk klien
adalah bahwa mereka merasa konselor menghormati pandangan mereka, tidak
memaksakan gagasan-nya pada mereka, dan melihat masalah mereka rasional dan
analitis. Mereka ingin konselor untuk terlibat secara emosional dan menjadi
pribadi yang bersangkutan tentang mereka.
Elemen subjektif dimaksudkan adalah sikap kehangatan dan
psikologis kedekatan serta keterkaitan yang mendalam pada masalah klien.
Perilaku ini sering digambarkan sebagai kepedulian. Sebaliknya, beberapa klien
menganggap keterlibatan konselor sebagai ancaman, karena mereka adalah
“mengirimkan” untuk kontrol atau “mengungkapkan” diri orang lain. Seorang klien
melihat konselor, sebagai seorang ibu yang penuh kasih sayang atas kebutuhan
klien tersebut. Sifat interaksi emosional tampaknya menjadi variabel kunci
yang menentukan kualitas hubungan, atau pertemuan.
Dalam konseling objektivitas dan
subjektivitas haruslah harmonis, di mana konselor mengoperasikan dua posisi dan
menggabungkan kedua elemen tersebut. Objektivitas diperlukan dalam mendiagnosa,
sementara subjektivitas diperlukan dalam membangun suasana/iklim konseling itu
sendiri.. (http://itsarbolo.wordpress.com/2012/06/13/hubungan-dalam-konseling-the-relationship-in-counseling )
Masalah yang dihadapi
klien (Will) dalam film tersebut adalah bahwa Klien (Will Hunting) adalah seorang yatim piatu yang membuat dia seperti orang luar
karena klien belum
mengalami hal dalam kehidupan
rumah. Hidup dengan keluarga angkatnya dipenuhi dengan penyalahgunaan dan
penelantaran. Karena pengalaman ini, itu mempengaruhi cara klien berinteraksi
dengan orang-orang. Sulit baginya untuk mempercayai orang lain karena klien tidak ingin mengambil risiko terluka lagi.
Jenis terapi yang ada dalam film
tersebut adalah terapi berlawanan arah, alasannya adalah Will
(Klien) menantang Sean (konselor) dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
pada Prof. Gerraldd,bahwa Sean mendorong Will untuk mengambil sikap, baik
keras, objektif melihat dirinya dan hidupnya. Padahal pemikiran Sean sendiri
adalah bahwa ia tidak mampu dan tidak mau bahkan mempertimbangkan hubungan
romantis kedua setelah kematian dini istri pertama tercinta dari kanker
beberapa tahun sebelumnya. Ini mungkin menjadi alasan utama mengapa Sean setuju
untuk mengambil Will sebagai klien. Antara konselor pertama dan kedua dalam
film ini terjadi pertengkaran tentang masa depan klien. Klien sengaja
menyaksikan dari argumen marah entah bagaimana bertindak sebagai katalis untuk
keputusannya untuk memasuki tingkat yang lebih dalam kepercayaan dan berbagi
dengan konselor kedua. Klien tampaknya telah menyadari dari peristiwa ini bahwa
situasi ini sedikit lebih kompleks.
Jenis konseling yang terdapat pada
film tersebut adalah Konseling individu, dimana satu konselor hanya menangani
masalah satu klien dan berusaha untuk mencari tahu tentang masalah yang
dihadapi klien. Konseling individual adalah proses
belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang
konselor dengan seorang klien. Klien mengalami kesukaran pribadi yang tidak
dapat dipecahkan sendiri , kemudian ia meminta bantua konselor sebagai petugs
yang professional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketarampilan
psikologi . konseling ditujukan pada individu yang normal , yang menghadapi
kesukaran dalam mengalami masalah pendidikan , pekerjaan dan social dimana ia
tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling
hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan
pribadinya.
Ciri – ciri konselor
yang baik dan efektif menurut Baruth
dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik konselor yang
efektif sebagai berikut :
- Terampil “menjangkau” (reaching out) kliennya.
- Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin dalam diri orang yang akan dibantunya.
- Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar.
- Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang yang sedang dibantunya.
- Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhannya sendiri.
- Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya.
- Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibatunya tanpa menerapkan value judgments.
- Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam kerangka system.
- Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal-hal yangterjadi di dunia.
- Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self-defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku nyang merugikan dan membantu orang lain mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.
- Terampil membantu orang lain untuk “melihat” ke dalam dirinya sendiri dan bereaksi secara tidak detensif terhadap pertanyaan “Siapakah saya?”
- Hackney dan Cormier menyebutkan karakteristik seorang konselor :
- Kesadaran tentang diri (self-awareness) dan pemahaman diri sendiri.
- Kesehatan psikologi yang baik.
- Sensitivitas terhadap dan pemahan tentang faktor-faktor rasial, etnik dan budaya dalam diri sendiri dan orang lain.
- Keterbukaan (open-mindedness).
- Objektivitas : Mengacu pada keampuan untuk melibatkan diri dengan klien disatu pihak, tetapi juga pada saat yang bersamaan berdiri di kejauhan dan melihat dengan akurat apa yang terjadi dengan kliennya dan hubungannya.
- Kompetensi : Tuntuan seorang konselor mempunyai pengetahuan, informasi dan keterampilan untuk membantu.
- Dapat dipercaya (trustworthiness) : Termasuk didalamnya adalah kualitas-kualitas konselor seperti reliabilitas, tanggung jawab, standar etik, prediktabilitas.
- Interpersonal attractiveness.
Ciri – ciri konselor tersebut hampir sama dengan ciri-ciri
konselor (Sean) pada film tersebut saat menangani masalah klien (Will).
Jenis – jenis bakat seorang manusia menurut tokoh Thurstone
:
1. Bakat Verbal ( V ) : pemahaman akan
hubungan kata, kosakata, dan penguasaan komunikasi lisan.
2. Bakat Numberik ( N ) : kecermatan
dan kecepatan dalam penggunaan fungsi – fungsi hitung dasar.
3. Bakat Spatial ( S ) : kemampuan
mengenali berbagai hubungan dalam bentuk visual.
4. Bakat Word Fluency ( W ) : kemampuan
mencermati dengan cepat kata – kata tertentu.
5. Bakat Memory ( M ) : kemampuan
mengingat gambar, pesan, angka, kata – kata dan bentuk pola.
6. Bakat Reasoning ( R ) : kemampuan
mengambil kesimpulan.
Jenis bakat yang dimiliki oleh klien (Will) termasuk bakat Genius,
karena merujuk pada masalah, Will mampu memecahkan suatu teori matematika yang
ditulis oleh Prof. Gerrald yang sebetulnya dikhususkan untuk mahasiswanya.
Tetapi, setelah diketahui bahwa yang mengerjakan soal tersebut bukanlah
mahasiswa dari kampus tersebut. Namun tidak ada yang tahu siapa orang pintar yang memecahkan
masalah itu. Hingga akhirnya secara tak sengaja, Prof.Gerald, memergoki Will
tengah menyelesaikan soal lain di papan tulis koridor kampus. Will yang
kepergok langsung memutuskan berhenti bekerja.
Demikian analisis yang saya lakukan, bila ada kesalahan dalam
penulisan, saya mohon maaf yang sebesar – besarnya. Kritik dan saran yang
bersifat membangun saya harapkan demi perbaikan analisis ini.
keren
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHalo,
BalasHapusIni salah satu film yang saya suka juga. Saya juga baru saja membuat review-nya di blog saya:
https://rsatriothoughtsandexperiences.wordpress.com/2016/07/11/good-will-hunting/